Prosedur Standar dalam Menyelesaikan Persoalan Komputasi : 1, Prosedur dan Kinerja Komputasi. 2, Paralel Computing. 3, Protocol Komputasi Network File System (NFS). 4, Standar MPI (Message Passing Interface)
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 State of The Art Review
Penelitian mengenai komputasi paralel telah diteliti oleh banyak kalangan.
Namun dari penelitian-penelitian tersebut, belum ada yang melakukan penelitian
mengenai pemanfaatan kumputasi paralel untuk meningkatkan sumber daya
komputasi dalam proses pencarian data pasien pada SIM RS. Beberapa referensi
yang bisa dijadikan sebagai acuan dan tolak ukur dalam penelitian mengenai
komputasi paralel ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nashar AIE (2011), dengan judul: Parallel
Performance Of MPI Sorting Algorithms On Dual–Core Processor
Windows-Based Systems. Dalam penelitian ini dibahas mengenai pengaruh
jumlah proses paralel dan juga jumlah core pada kinerja MPI paralel untuk
beberapa algoritma pengurutan berbasis Windows. Dari hasil penelitian
didapat kesimpulan bahwa rasio perhitungan / komunikasi sangat
mempengaruhi waktu eksekusi dari tiga algoritma pengurutan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Olmedo E, dkk, (2012), dengan judul: Point
to point processing of digital images using parallel computing. Dalam
penelitian ini dilakukan pengolahan gambar digital menggunakan
komputasi paralel, terutama pada pengolahan gambar grayscale, cerah,
gelap, thresholding dan perubahan kontras. Pendekatan yang digunakan
adalah menggunkan CUDA sebagai alat pemrograman paralel pada GPU
untuk mengambil resources dari semua core yang tersedia. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa CUDA memperoleh hasil yang lebih baik di
sebagian besar filter yang digunakan. Kecuali dalam filter negatif dengan
resolusi yang lebih rendah gambar OpenCV diperoleh lebih baik, namun
apabila menggunakan gambar dalam resolusi tinggi kinerja CUDA lebih
baik.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Arta Y (2013), dengan judul: Analisa
Kinerja Paralel Computing Dengan Menggunakan Perhitungan Hukum
Amdahl Berbasiskan Linux. Dalam penelitian ini dilakukan proses
rendering sebuah gambar sehingga terlihat speedup antara proses serial dan
paralel. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa keseluruhan cluster sudah
bisa berjalan sesuai dengan yang diinginkan, namun hasil kecepatan yang
diperoleh antara peningkatan speedup paralel terhadap serial tidak berbeda
secara signifikan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Hua, dkk (2013), dengan judul: Comparison
and Analysis of Parallel Computing Performance Using OpenMP and MPI.
Dalam penelitian ini dilakukan analisis perbandingan kemampuan
komputasi paralel antara OpenMP dan MPI. Dilakukan pengklasifikasian
kinerja antara (a) Program sekuensial (b) OpenMP paralelisasi dan (c) MPI
paralelisasi. OpenMP mendukung pelaksanaan dan memberikan kinerja
yang baik dalam shared memory system. Sedangkan MPI cocok digunakan
dalam model pemrograman paralel untuk sistem besar dengan jangka waktu
processing yang panjang.
Komputasi Paralel
Komputasi Paralel merupakan metode komputasi yang membagi beban
komputasi ke dalam beberapa bagian kecil sub proses komputasi, dimana sub
komputasi tersebut dijalankan pada processor yang berbeda secara bersamaan dan
saling berinteraksi satu sama lain dalam menyelesaikan satu permasalahan
komputasi. Komputasi paralel telah dipergunakan selama lebih dari 40 tahun.
Gagasan dasar dari pemrosesan paralel adalah memiliki lebih dari satu pemroses
yang semuanya memiliki kemampuan untuk bekerja dalam saat yang bersamaan.
Penggunaan beberapa pemrosesan ini tentu menyebabkan munculnya persyaratan
tambahan, seperti kemampuan penggunaan data bersama-sama dan kemampuan
untuk berkomunikasi antar pemroses. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
algoritma untuk pemrosesan paralel umumnya lebih kompleks dari algoritma
sekuensial. Komputasi paralel umumnya diterapkan untuk permasalahan yang
secara sekuensial tidak mampu diselesaikan dalam jangka waktu yang pantas ,
misalnya peramalan cuaca global, dan pemodelan struktur DNA. Untuk
meramalkan cuaca pada 10 hari kedepan dengan interval 10 menit, suatu komputer
yang beroperasi pada 100 Mflops akan membutuhkan waktu 107, atau lebih dari
100 hari.Sedangkan dengan menggunakan komputer paralel permasalahan ini dapat
diselesaikan dalam jangka waktu yang lebih cepat.
Pada umumnya koneksi client pada sistem cluster ada dua macam yaitu
diskless client dan non-diskless client . Pengertian diskless client adalah
memungkinkan client yang tidak dilengkapi dengan media penyimpanan dapat
mengaktifkan sistem operasi (LINUX), arsitektur pada diskless client dapat
diilustrasikan pada Gambar 2.5. Dalam konfigurasi diskless client, server
menyediakan segala jenis file yang dibutuhkan oleh client. Keuntungan utama dari
sistem diskless client ini adalah fleksibilitas untuk menambah beberapa node baru
dan mengatur administrasi cluster. Karena pada node client tidak terdapat informasi
local apapun, ketika menambah node baru hanya memodifikasi beberapa file pada
server atau menjalankan script.
Komputer diskless umumnya berjalan di atas sistem operasi linux. Contoh
software package untuk sistem diskless adalah Fully Automatic Installation (FAI)
dan Linux Terminal Server Project (LTSP). Pada tahap awal, komputer yang
diskless akan mencari IP address dan nama file boot image dari BOOTP server,
kemudian dengan menggunakan TFTP untuk mendownload boot image dari server
yang mungkin saja berbeda-beda dan memulai prosesnya dari server yang telah
ditemukan tersebut.
Karena selanjutnya BOOTP berkembang menjadi DHCP maka proses
pemerolehan bootable image dari server adalah hanya terjadi dalam dua tahap besar
yaitu tahap pertama adalah proses booting menggunakan network booting boot
loader didownload dan dijalankan dan kemudian tahap kedua adalah proses
download dari file image kernel (umumnya memiliki nama vmlinuz) dan
selanjutnya sistem operasi pada komputer diskless dapat mulai dijalankan. Untuk
sebuah komputer/CPU , bagian yang signifikan adalah Network Interface Card
(NIC) harus mampu mengidentifikasi dirinya sebagai bootable device dan terdaftar
di motherboard BIOS. Dan apabila telah ditentukan bahwa NIC tersebut sebagai
boot device maka NIC tersebut harus mampu untuk melakukan download boot
loader dan menjalankannya. Agar hal tersebut dapat terjadi maka harus memilih
NIC yang telah memiliki boot ROM built-in atau memasukkan sendiri boot ROM
yang sesuai ke dalam NIC tersebut. Bisa juga, proses boot dimulai dari floppy atau
lokal hard disk yang telah mengandung boot ROM image. Namun, pada umumnya
untuk sebuah sistem yang diskless tidak mendukung berbagai bentuk tempat
penyimpanan lokal (local persistent storage), termasuk diantaranya: hard disk
drives, floppies, dan CD-ROM. Hal ini mengakibatkan bahwa hanya pilihan
menggunakan network booting adalah satu-satunya yang tersisa sebagai alternatif
untuk proses boot pada komputer yang diskless. Image kernel dapat diperoleh oleh
komputer client dengan menggunakan TFTP server. Setelah suatu NIC dari
komputer client pada tahap network booting berhasil menemukan komputer server
maka proses download image kernel dilakukan. Selanjutnya komputer client
melakukan mounting file system dan melakukan semua proses inisialisasi sebuah
sistem operasi yang diperlukan dan akhirnya terbentuklah sebuah sistem operasi
yang serupa (homogen) dengan komputer server pada komputer client. Sistem
operasi yang terbentuk tersebut sebenarnya merupakan sistem operasi komputer
server dengan display yang dialihkan ke komputer client. Agar hal tersebut dapat
berjalan maka file system, serta konfigurasi yang diperlukan untuk sebuah sistem
operasi harus dapat diperoleh oleh komputer client dari komputer server dengan
memanfaatkan fasilitas NFS server, yaitu server telah membuka permission bagi
komputer lain untuk menggunakannya suatu file system miliknya.
Kelebihan yang dimiliki oleh sistem diskless tersebut terkadang
digabungkan dengan pengembangan sebuah sistem cluster. Khususnya pada cluster
yang ditujukan untuk komputasi ilmu pengetahuan. Pada komputasi ilmu
pengetahuan, umumnya komputasi yang dijalankan hanya membutuhkan kinerja
CPU yang tinggi dan dengan didukung oleh ketersediaan memory yang memadai.
Peranan tempat penyimpanan yang permanen untuk masing-masing node sungguh
sangat kecil, diperlukan pun umumnya hanya satu atau dua buah persistent storage
untuk node tertentu saja. Hal tersebut menyebabkan para pengembang sistem
cluster memilih memanfaatkan kelebihan sistem diskless dengan alasan untuk
mengurangi overhead dari biaya yang dikeluarkan dan bahkan lebih
menguntungkan karena sama sekali tidak mengganggu kinerja dari sistem cluster
sendiri. Biaya yang dikeluarkan kecil karena sistem diskless terbentuk hanya
dengan melakukan instalasi software package saja tanpa memerlukan device
tambahan.
MPI (Message Passing Interface)
Pada dasarnya suatu komputer dapat membentuk suatu kelompok berupa
berupa workstation, multiprocessor, specialized grapich engine sampai dengan
vector supercomputer yang dihubungkan dengan jaringan. Model message passing
dengan library MPI memungkinkan eksekusi program pada setiap mesin dapat
dikendalikan oleh user dan menjadi lingkungan komputasi yang powerfull.
MPI merupakan protokol untuk program paralel yang dikembangkan dalam
skema distributed memory (Prajapati dan Vij 2011). MPI mengijinkan pertukaran
data (message) antara processor yang diilustrasikan pada Gambar 2.9. Library MPI
dapat berjalan di dalam bahasa pemrograman C, C++ dan Fortran. Processor dapat
berkomunikasi satu dengan lainnya melalui fungsi komunikasi yang ada pada MPI.
MPI menyediakan sebuah grup proses (communicator) untuk tempat
berkomunikasi processor yang tergabung di dalam arsitektur paralel. Informasi
mengenai communicator ini disimpan di dalam variabel dengan tipe MPI_Comm.
Communicator standar dari MPI yaitu MPI_Comm_World. Tipe komunikasi pada
MPI yaitu point-to-point communication dan collective communication. Point-to-
point communication adalah komunikasi yang melibatkan sepasang processor
untuk saling bertukar data. Library MPI menyediakan MPI_Send dan MPI_Recv
untuk melakukan point-to point communication. Collective communication pada
MPI melibatkan komunikasi antara semua processor yang terlibat di dalam
communicator. Collective communication memiliki keuntungan dibandingkan
point-to-point communication yaitu kompleksitas komunikasi yang lebih sederhana
(Grama dkk, 2003).
MPI dikembangkan pada tahun 1993-1994 oleh sekelompok peneliti yang
berasal dari kalangan pemerintahan, industri dan akademia. MPI merupakan salah
satu standar pertama untuk menjalankan program paralel processor, dan
merupakan pelopor dalam basic message parsing. Dilihat dari jenis topologi dan
trasmisi yang digunakan terdapat dua implementasi MPI yaitu GridMPI yang dibuat
Gambar 2.9 Message passing antar processor
(Quinn 2004)
Processor
MEMORY
Processor
MEMORY
Processor
MEMORY
Processor
MEMORY
Processor
MEMORY
Processor
MEMORY
Processor
MEMORY
Processor
MEMORY
INTERCONNECTIO
N
NETWORK
oleh National Institute of Advanced Industrial Science and Technology dan
MPICH-G2 yang dibuat oleh Argonne National La boratory dan GridMPI adalah
implementasi MPI untuk jarak antar komputer sampai dengan 500 mil yang
terkoneksi dengan jaringan berkecepatan 1 sampai dengan 10 Gbps sedangkan
MPICH-G2 adalah implementasi MPI dengan menggunakan Globus Toolkit
(standar middleware komputasi grid) dalam lingkungan Wide Area Network (Arta
Y 2013).
Komentar
Posting Komentar